PENERIMAAN
PENUGASAN DAN PERENCANAAN AUDIT
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Auditing
Dosen Pengampu :Irsyad Andriyanto
S.E, M.Si
DisusunOleh :
Anis sa’adah (1320210334)
Enny Mukaromah (1320210344)
Anik fatmawati (1320210359)
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN
SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM PRODI EKONOMI SYARIAH
TAHUN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Kegiatan yang
dilakukan dalam suatu audit sangat tergantung kepada perusahaaan yang telah
diaudit. Apabila klien merupakan perusahaan kecil maka audit cukup dilakukan
oleh satu atau dua orang auditor dengan waktu pengerjaan audit yang relatif
tidak begitu lama, dan dengan honorarium audit yang tidak begitu besar. Namun berbeda pada perusahaan raksasa
dengan ratusan anak perusahaan, maka dibutuhkan auditor dengan jumlah yang
banyak dan waktu pengerjaanpun membutuhkan waktu yang tidak sebentar bahkan
bahkan berbulan-bulan dan honorarium audit yang sangat tinggi.
Sebelum menerima
suatu penugasan auditor harus memastikan bahwa penugasan tersebut akan dapat
diselesaikan sesuai dengan semua standar profesional, termasuk standar
auditing. Sedangkan untuk penetapan perencanaan yang tepat merupakan pekerjaan
yang cukup sulit dalam melaksanakan audit yang efisien dan efektif.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana cara penerimaan penugasan dalam melaksanakan
proses audit?
2. Apa saja tahapan yang harus dilakukan dalam perencanaan
audit?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENERIMAAN
PENUGASAN
Penerimaan
penugasan merupakan tahap awal dalam suatu audit laporan, laporan keuangan
adalah mengambil keputusan untuk menerima (menolak) suatu kesempatan untuk
menjadi auditor untuk klien yang baru, atau untuk melanjutkan sebagai auditor
bagi klien yang sudah ada. Pada umumnya keputusan untuk menerima (menolak) ini
sudah dilakukan sejak enam hingga sembilan bulan sebelum akhir tahun buku yang
akan diperiksa.[1]
Dalam profesi
akuntan publik, terjadi persaingan yang cukup ketat antar kantor akuntan publik
untuk mendapatkan klien. Bagi suatu kantor akuntan publik, klien bisa merupakan
klien baru atau klien lama (yang sudah ada) yang diharapkan akan melanjutkan
memberikan penugasan audit pada tahun atau tahun-tahun berikutnya. Pergantian
auditor bisa terjadi karena bebagai alasan, yaitu:
1. Klien merupakan
hasil merger (penggabungan) antara beberapa perusahaan yang semula memiliki
auditor masing-masing yang berbeda.
2. Ada kebutuhan untuk
mendapat perluasan jasa professional.
3. Tidak puas terhadap
kantor akuntanpublik yang lama.
4. Ingin mencari
auditor dengan honorarium audit yang lebih murah.
5. Penggabungan
antara beberapa kantor akuntan publik.
Auditor tidak wajib menerima setiap permintaan untuk melakukan audit
laporan keuangan yang diajukan oleh calon kliennya. Apabila auditor memutuskan
untuk menerima suatu penugasan audit, maka auditor harus memikul tanggungjawab
profesional terhadap masyarakat, klien, dan terhadap anggota profesi akuntan
publik yang lain. Auditor harus menjaga kelangsungan kepercayaan masyarakat
terhadap profesi dengan menjaga independensi, integritas, dan obyektivitas.
Terhadap anggota lain seprofesi, auditor bertanggungjawab untuk turut
meningkatkan dan menjaga nama baik profesi, serta meningkatkan kemampuannya
dalam memberi pelayanan kepada masyarakat. Pertimbangan dalam
memutuskan untuk menerima penugasan juga berhubungan langsung dengan kemampuan
auditor untuk memenuhi persyaratan seperti diminta oleh standar auditing serta
kode etik akuntan.
Perikatan adalah kesepakatan kedua belah pihak untuk mengadakan suatu
ikatan perjanjian. Dalam perikatan audit, klien mengadakan suatu ikatan
perjanjian dengan auditor. Klien menyerahkan pekerjaan audit atas laporan
keuangan kepada auditor dan auditor sanggup melaksanakan pekerjaan audit
tersebut berdasarkan kompetensi profesionalnya. Langkah awal pekerjaan audit adalah
pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak perikatan audit dari calon
klien atau untuk menghentikan atau melanjutkan perikatan audit dari klien
berulang.[2]
Di bawah
ini adalah langkah-langkah penerimaan penugasan
audit, antara lain:
1.
Mengevaluasi Integritas Manajemen
Berbagai cara yang dapat ditempuh oleh auditor dalam
mengevaluasi integritas manajemen adalah:
a. Melakukan
komunikasi dengan auditor pendahulu
Bagi klien yang pernah diaudit oleh
auditor lain, pengetahuan tentang manajemen klien yang dimiliki oleh auditor
pendahulu merupakan informasi penting bagi auditor pengganti. Sebelum menerima
penugasan, PSA No.16, Komunikasi Antara Auditor Pendahulu dengan Auditor
Pengganti (SA 315.02), mengharuskan auditor pengganti untuk berkomunikasi
dengan auditor pendahulu, baik secara lisan maupun tertulis. Dalam
berkomunikasi, auditor pengganti harus mengajukan pertanyaan yang spesifik dan
wajar mengenai berbagai hal yang berpengaruh atas pengambilan keputusan
menerima atau penolak penugasan, seperti :
1) Meminta keterangan
kepada auditor pendahulu mengenai masalah-masalah yang spesifik.
2) Menjelaskan kepada
calon klien tentang perlunya auditor pengganti melaksanakan komunikasi dengan
auditor pendahulu dan meminta persetujuan dari klien untuk melakukan hal itu.
3) Mempertimbangkan
keterbatasan jawaban yang di berikan auditor pendahulu. Maka auditor pengganti
harus mempertimbangkan pengaruhnya dalam memutuskan penerimaan atau penolakan
perikatan audit dari calon klien.
b. Meminta keterangan
kepada pihak ketiga
Informasi tentang intregrasi manajemen
dapat diperoleh dengan meminta keterangan kepada penasehat hukum, pejabat bank,
pengganti manajemen yang diberitahukan di surat kabar bisnis, review terhadap
laporan audit tahun sebelumnya yang di simpan di Bapepam, dan pihak lain dalam
masyarakan keuangan dan bisnis yang mempunyai hubungan bisnis dengan calon
klien. Kamar Dagang Indonesian (KADIN) dapat juga di pakai sebagai sumber
informasi untuk mengevaluasi intregitas manajemen.
c. Mereview pengalaman
auditor di masa lalu dengan klien
Sebelum mengambil keputusan untuk
melanjutkan penugasan dengan klien audit, auditor harus mempertimbangkan secara
cermat pengalaman hubungan kerja dengan manajemen klien di masa lalu. Misalnya, auditor
perlu mempertimbangkan adanya kekeliruan atau kecurangan dan pelanggaran hukum
yang dilakukan oleh klien yang ditemukan dalam audit atas laporan keuangan
tahun yang lalu. Dalam audit tahun lalu, auditor mengajukan berbagai pertanyaan
kepada manajemen tentang adanya hal-hal bersyarat, kelengkapan notulen rapat
dewan komisaris, kepatuhan klien terhadap peraturan pemerintah.[3]
2.
Mengidentifikasi Keadaan Khusus dan Risiko Biasa
Hal-hal yang
berhubungan dengan pengambilan keputusan untuk menerima penugasan dalam tahap
ini antara lain:
a.
Mengidentifikasi pemakaian laporan audit
b.
Mendapatkan informasi tentang stabilitas keuangan dan legal
calon klien di masa depan
3.
Menilai
Kemampuan Untuk Memenuhi Standar Umum Auditing
Penilaian kemampuan memenuhi standar umum terdiri dari 3 tahap:
a. Penentuan kompetensi untuk melaksanakan audit
Standar umum
pertama menuntut kompetensi teknis auditor dalam melaksanakan penugasan audit.
Standar tersebut menegaskan bahwa betapapun kemampuan seseorang dalam
bidang-bidang lain termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat
memenuhi persyaratan yang dimaksud dalam standar tersebut. Ada dua langkah
yang dilakukan untuk menentukan kompetensi dalam melaksanakan audit:
·
mengindentifikasi
tim audit yang diperlukan
·
mempertimbangkan
perlunya konsultasi dan tenaga spesialis
b. Pengevaluasian Independensi
Standar umum kedua menuntut sikap mental independent auditor dalam
melaksanakan audit. Standar tersebut mengharuskan auditor besikap
independent, artinya tidak mudah dipengaruhi karena ia melaksanakan
pekerjaannya untuk kepentingan umum.
c. Penentuan kemampuan melaksanakan audit secara
cermat dan seksama
Standar umum
ketiga menyatakan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya
auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
4.
Menyiapkan Surat Penugasan Audit
Surat penugasan audit dibuat oleh auditor untuk
kliennya. Surat ini berfungsi untuk mendokumentasikan dan menegaskan :
a.
Tujuan audit atas laporan keuangan
b.
Tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan
c.
Lingkup audit, termasuk penyebutan undang – undang,
peraturan, penyertaan dari badan professional yang harus dianut oleh auditor
untuk menyampaikan hasil perikatan.
d.
Bentuk laporan
atau bentuk komunikasi lain yang akan digunakan oleh auditor untuk menyampaikan
hasil perikatan
e. Pengaturan reproduksi laporan keuangan auditan
f. kesanggupan auditor untuk menyampaikan informasi tentang kelemahan signifikan
dalam struktur pengendalian intern yang ditemukan oleh auditordalam auditnya
g. akses ke berbagai catatan dokumentasi dan informasi lain yang diharuskan
dalam kaitannya dengan audit.
h. kesepakatan mengenai dasar penentuan fee audit.[4]
B. PERENCANAAN AUDIT
Tahap perencanaan audit merupakan suatu tahap yang vital dalam audit.
Kesuksesan audit sangat ditentukan oleh perencanaan audit secara matang. Perencanaan audit meliputi pengembangan
strategi menyeluruh untuk merencanakan pelaksanaan audit. Perencanaan audit
sangat dipengaruhi oleh informasi yang diperoleh dalam tahap pertimbangan
penerimaan penugasan audit. Auditor perlu mempertimbangkan informasi mengenai
intergritas manajemen, kekeliruan dan ketidak beresan dan pelanggaran hukum
klien dalam merencanakan audit. [5]
Luas dan kelengkapan perencanaan sangat tergantung pada :
1.
ukuran dan
kompleksitas perusahaan klien,
2.
pengalaman
auditor dengan klien,
3. pengetahuan dan kemampuan auditor beserta seluruh stafnya.
P erencanaan audit biasanya dilakukan
antara tiga hingga enam bulan sebelum akhir tahun buku klien. Dalam
perencanaan audit terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan:
1.
Menghimpun
Pemahaman Bisnis Klien Dan Industri Klien
Penghimpunan pemahaman bisnis dan industri klien dilakukan dengan tujuan
untuk mendukung perencanaan audit yang dilakukan auditor. Pemahaman tersebut
akan digunakan untuk merencanakan lingkup audit, memperkirakan masalah-masalah
yang mungkin timbul dan menentukan atau memodifikasi prosedur audit yang
direncanakan. Hal yang berkaitan dengan bisnis dan industri klien yang perlu
dipahami auditor adalah sebagai berikut:
a. jenis bisnis dan produk klien,
b. lokasi dan karakteristik operasi klien seperti metoda produksi dan
pemasaran,
c. jenis dan karakteristik industri,
d. eksistensi ada tidaknya pihak terkait yang mempunyai hubungn erat dengan
klien misalnya sama-sama anak perusahaan dari suatu holding company,
e. peraturan pemerintah yang mempengaruhi bisnis dan industri klien,
f. karakteristik laporan yang harus diberikan kepada instansi tertentu.
Pemahaman auditor
tentang bisnis klien dan industri klien dapat diperoleh melalui:
a. Mereview kertas kerja tahun lalu
b. Mereview data industri dan data bisnis klien
c. Melakukan peninjauan ke tempat operasi klien
d. Mengajukan pertanyaan pada dewan komisaris
maupun komite audit
e. Mengajukan pertanyaan pada manajemen
f.
Mempertimbangkan dampak dari pernyataan akuntansi dan
auditing tertentu yang relevan.
Ada tiga alasan utama mengapa auditor
merencanakan penugasan dengan tepat antara lain:
a.
Untuk memungkinkan auditor mendapatkan bukti yang tepat yang
mencukupi pada situasi yang dihadapi.
b.
Untuk membantu menjaga biaya audit tetap wajar.
c.
Untuk menghindari kesalah pahaman dengan klien.
Perancangan audit awal melibatkan empat hal, yang semuanya
harus dilakukan terlebih dahulu dalam audit. Keempatnya adalah sebagai berikut:
a.
Auditor harus memutuskan apakah akan menerima seorang klien
baru atau melanjutkan pelayanan untuk klien yang telah ada sekarang.
b.
Auditor harus mengidentifikasi mengapa klien menginginkan
atau membutuhkan audit.
c.
Auditor memperoleh pemahaman klien tentang cara-cara
penugasan untuk menghindari kesalahpahaman.
d.
Dipilihnya staf untuk penugasan, termasuk bila dibutuhkannya
spesialis audit.
2.
Melakukan
Prosedur Analitis
Prosedur Analitis adalah evaluasi informasi keuangan yang dilakukan dengan
mempelajari hubungan logis antara data keuangan dan non keuangan. Prosedur
analitis meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat dengan ekspektasi
auditor.
Penggunaan prosedur analitis
dalam tahapan perencanaan audit yang efektif, meliputi tahapan-tahapan
sistematis sebagai berikut :
a.
Mengidentifikasi
perhitungan/Perbandingan yang akan dibuat
b.
Mengembangkan ekspektasi atau harapan
c.
Melakukan perhitungan/perbandingan
d.
Menganalisis data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan
e.
Menyelidiki selisih tak diharapkan yang signifikan
f.
Menentukan pengaruh atas perencanaan audit
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, maka
dapat disimpulkan:
1.
Sebelum menerima suatu penugasan, auditor
harus memastikan bahwa penugasan tersebut dapat diselesaikan sesuai dengan
semua standar profesional, termasuk standar auditing, kode etik akuntan, dan
standar pengendalian mutu.
2.
Tahap-tahap penting dalam penerimaan suatu
penugasan meliputi: evaluasi integritas manajemen, mengidentifikasi
keadaan-keadaan khusus dan resiko tak biasa, menentukan kompetensi, menilai
independensi, menentukan bahwa pekerjaan dapat dilaksanakan dengan cermat dan
teliti, serta menerbitkan surat penugasan.
3.
Penetapan perencanaan yang tepat merupakan
pekerjaan yang cukup sulit dalam melaksanakan audit yang efisien dan efektif.
Tahapan-tahapan perencanaan meliputi pekerjaan mendapatkan pemahaman tentang
bisnis dan industri klien dan melaksanakan prosedur analitis.
Daftar pustaka
Haryono Jusup, Auditing, (Yogyakarta : Penerbit
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 2001)
Mulyadi, Auditing, (Jakarta: Penerbit Salemba Empat,
2002)
terimakasih atas materinya, sangat membantu.
BalasHapus