Makalah Peniaian Kinerja Portofolio



PENILAIAN KINERJA PORTOFOLIO
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Analisis Investasi Dan Portofolio
Dosen Pengampu : Dr. Siti Amaroh, SE, M.Si



Disusun Oleh :
Kelompok 10

Anis sa’adah                                      1320210334
Zunia rahma                                      1320210300
Enny mukaromah                              1320210344
Nurul hikmah                                    1320210351
                        
Kelas : ESRJ-6
 

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
(EKONOMI SYARI’AH)
TAHUN 2016

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Tahap akhir yang penting bagi manajer investasi maupun investor dari proses investasi dalam saham adalah melakukan penilaian terhadap kinerja investasinya. Karena investasi dalam saham tersebut umumnya dilakukan dalm bentuk portofolio, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap kinerja portofolio yang telah dibenruk sebelumnya.
Tujuan penilaian kinerja portofolio adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah portofolio yang dibentuk telah dapat meningkatkan kemungkinan tercapainya tujuan investasi sehingga dapat diketahui portofolio mana yang memiliki kinerja yang lebih baik jika ditinjau dari tingkat pengembalian dan risikonya masing-masing. Selanjutnya dapat dilakukan revisi terhadap saham-saham yang membentuk portofolio tersebut jika dirasa bahwa portofolio tersebut tidak lagi sesuai dengan preferensi risiko investor.
Penilaian ini dilakukan dengan cara membandingkan kinerja berbagai portofolio yang dibentuk sendiri. Sedangkan portofolio yang dibandingkan dapat merupakan antar portofolio yang dibentuk sendiri, atau antara portofolio yang dibentuk sendiri  dengan portofolio pembanding yang dibentuk oleh perusahaan pengelola dana.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio?
2.      Apa saja metode atau teknik yang digunakan dalam melakukan penilaian kinerja portofolio?




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Penilaian Kinerja Portofolio
Dalam melakukan penilaian kinerja portofolio kita perlu menggunakan variabel-variabel yang relevan. Variabel-variabel tersebut tidak lain adalah tingkat keuntungan dan resiko.
a.    Tingkat keuntungan
Tingkat keuntungan yang diperoleh dari pemilik suatu portofolio dipengaruhi oleh dua sumber ,yaitu:
1.      Kemungkinan adanya perubahan harga sekuritas-sekuritas yang membentuk          portofolio tersebut
2.      Pembayaran deviden (atau juga bunga kalau dalam portofolio tersebut terdapat obligasi).
 Sebagai misal portofolio kita terdiri dari dua saham, yaitu A dan B Pada awal periode kita membeli saham A senilai Rp 50 juta dan saham B senilai Rp 50 juta, selama satu tahun, saham A membayarkan deviden senilai Rp 5 juta, saham B membayarkan deviden senilai Rp 1 juta. Pada akhir tahun nilai saham A menjadi  Rp 55 juta dan saham B menjadi  Rp 60 juta. Dengan demikian maka perhitungan tingkat keuntungan portofolio tersebut adalah sebagai berikut :
Capital gains :
Saham A                 = Rp 5 juta
Saham B                 = Rp 10 juta       +
Total                          Rp 15 juta
Dividen :
Saham A                 = Rp 2 juta
Saham B                 = Rp  1 juta            +
Total                          Rp 3 juta
Keuntungan selama satu tahun adalah sebesar Rp 18 juta (yaitu Rp 15 juta dari capital gains dan Rp 3 juta dari deviden), dengan nilai investasi awal sebesar Rp 100 juta, karena itu tingkat keuntungan adalah 18 %.
b.   Risiko
Pengukur risiko yang relevan bagi pemodal mungkin dinyatakan dalam bentuk deviasi standar tingkat keuntungan portofolio (disebut sebagai risiko total), atau beta portofolio (disebut risiko sistematis). Deviasi standar tingkat keuntungan portofolio relevan untuk investor yang menanamkan dananya hanya atau sebagai besar pada portofolio tersebut, sedangkan pemodal yang memiliki berbagai atau menanamkan dananya pada berbagai mutual funds ,dengan kata lain melakukan derivikasi pada berbagai portofolio, beta lebih tepat dipakai sebagi ukuran resiko.[1]
B.     Teknik PenilaianKinerja Portofolio
Dua cara yang bisa dilakukan dalam penilaian kinerja portofolio adalah:
1.    Melakukan perbandingan langsung
Salah satu cara membandingkan kinerja suatu portofolio (biasanya diwakili oleh mutual funds) adalah dengan membandingkan dengan portofolio lain yang mempunyai risiko kurang lebih sama.
Perbandingan dilakukan atas dasar rata-rata variance yang kurang lebih sama, dan dikelompokan sebagai risiko rendah, sedang dan tinggi. Perhatikan bahwa rata-rata variance dalam kelompok risiko yang sama, antara mutual funds dan portofolio yang dipilih secara acak dan dihitung dengan bobot yang sama (equally weighted), kurang lebih juga sama tetapi kalau kita perhatikan dua kolom yang terakhir ,ternyata rata-rata tingkat keuntungan dari mutual funds selalu lebih rendah apabila dibandingkan dengan tingkat keuntungan portofolio-portofolio yang dipilih secara acak.

2.    Menggunakan ukuran kinerja tertentu
        Ada empat parameter yang bisa dipergunakan sebagai ukuran kinerja portofolio, parameter tersebut dikaitkan dengan risiko, baik risiko total maupun risiko sistematis. Parameter tersebut adalah :
a)   Excess return to variability measure
b)   Differential return
c)    Dengan risiko sebagai deviasi standar
d)   Excess return to beta
e)    Differential return dengan risiko diukur sebagai beta.
Excess return to variability measure, sewaktu menggambarkan kombinasi dari berbagai portofolio yang efisien tetapi berisiko, kita akan memperoleh kurva melengkung seperti yang ditunjukan pada gambar 20. 3. Kalau kemudian kita introdusir adanya kesempatan investasi bebas risiko yang memberikan tingkat keuntungan sebesar Rf  maka kombinasi portofolio yang berisiko dengan Rf  akan membentuk garis lurus. Dengan kemudian kombinasi antara portofolio A dengan Rf  akan ditunjukan garis lurus ARf demikian juga kombinasi portofolio B dengan Rf ditunjukan dengan garis lurus BRf. . kombinasi ARf lebih disukai dari kombinasi BRf  karena dengan risiko (yaitu  σ) yang sama mempunyai tingkat keuntungan yang lebih tinggi. Konsep inilah yang dipergunakan dalam penilaian kinerja portofolio.
Dengan demikian maka portofolio A akan lebih disukai daripada B kalau kita hitung rasio excess return terhadap deviasi standar maka rasio yang kita hitung tersebut tidak lain adalah kemiringan garis yang menghubungkan portofolio yang berisiko dengan Rf kemiringan ini bisa  dinyatakan sebagai     [ E(Rp)- Rpp, dan ukuran ini disebut berarti semakin menarik portofolio yang membentuk garis lurus tersebut, maka semakin besar rasio excess return terhadap deviasi standar, semakin menarik portofolio tersebut.
Misalkan kita mempunyai dua portofolio A dan B yang mempunyai karakteristik sebagai berikut. RA = 0,23 dan RB = 0,25  RF=0,14 dan σA = 0,12, sedangkan σB = 0,15. Dengan demikian maka,
Sharpe measure =(0,23-0,14)/0,12 =0,750
Sharpe measure =(0,25-0,14)/0,15 = 0,733
Karena itu sesuai dengan ukuran sharpe portofolio A sedikit lebih baik dibandingkan dengan portofolio B  meskipun tingkat keuntungan portofolio B lebih rendah dari A.
        Differential Return dengan risiko dinyatakan sebagai deviasi standar. Konsep yang digunakan untuk parameter ini adalah konsep garis pasar modal (capital market line, CML). Mengidentifikasi tingkat keuntungan portofolio pasar (RM) ,maka garis pasar modal tersebut merupakan garis yang menghubungkan RM dengan RF. Selisih tingkat keuntungan suatu portofolio dengan keuntungan yang terletak pada CML ,untuk deviasi standar yang sama, disebut sebagai differential return. Kalau  tingkat keuntungan suatu portofolio lebih besar dari tingkat keuntungan yang berada pada CML, maka differential return-nya positif. Kalau sebaliknya maka differential return-nya negatif. Portofolio yang baik adalah portofolio yang mempunyai differential return yang poisitif (dan terbesar).
        Untuk menghitung differential return berikut ini diberikan contoh numerical, misalkan :
1.      Rf= 0,14
2.      RM= 0,23
3.      σM  = 0,15
4.      RA= 0,17
5.       σA   = 0,09
Dengan demikian maka,
E(R )= 0,14 + [(0,23-0,14)/0,15] (0,09) = 0,194

Ini berarti bahwa differential return-nya,
R –E (R) =0,170-0,194 =-0,024 atau -2,4
Dengan parameter ini kemudian portofolio-portofolio (mutual funds) disusun dari nilai yang tertinggi. Differential return tertinggi merupakan portofolio yang terbaik kalau diukur yang tertinggi. Differential tertinggi merupakan portofolio yang terbaik kalau diukur dengan parameter ini.
Excess Return to Beta Portofolio yang digambarkan pada diagram dimana sumbu datarnya adalah beta dan sumbu tegaknya tingkat keuntungan yang diharapkan, akan membentuk garis lurus dengan Rf kemiringan garis lurus antara potofolio A dengan Rf adalah [E(RA) -Rf]/βA. Sama seperti pada excess return to standard deviaton, para pemodal akan lebih menyukai portofolio yang mempunyai kemiringan garis yang paling besar. Dalam gambar 20.5 portopolio yang paling disukai adalah portofolio A, kemudian diikuti B, C, dan D. Rasio antara excess return dengan beta ini sering disebut sebagai ukuran Treynor. Sama seperti rasio excess return dengan devisi standar, maka ukuran treynor ini akan dipilih yang tertinggi.
Deferential return dengan resiko diukur dengan beta. Dalam diagram dimana sumbu datar adalah beta dan sumbu tegak adalah tingkat keuntungan yang diharapkan, maka SML merupakan garis yang menghubungkan portofolio pasar dengan kesempatan investasi yang bebas resiko.
Dalam keadaan ekuilibrium semua portofolio diharapkan berada pada SML. Jika terjadi penyimpangan, artinya dengan resiko yang sama tingkat keuntungan suatu portofolio berbeda dengan tingkat keuntungan pada SML, maka perbedaan ini disebut dengan differential return dengan resikodinyatakan sebagai beta. Jika tingkat keuntungan sebenarnya dari suatu portofolio lebih besar dari tingkat keuntungan yang sesuai dengan persamaan SML, maka differential returnnya positif. Jika sebaliknya, maka negative. Jika positif dan makin besar, maka portofolio dinilai semakin baik. Ukuran ini disebut juga sebagai ukuran Jensen.
Penggunaan ukuran Jensen mempunyai daya tarik karena sesuai dengan CAPM. Meskipun demikian, masalah yang mungkin dihadapi adalah sama dengan masalah yang dihadapi ketika kita menguji CAPM. Asalah yang mungkin timbul dari penggunaan ukuran Jensen dalam penilaian kinerja portofolio adalah kemungkinan adanya perbedaan SML yang sebenarnya dengan SML yang empirik.
        Metode-metode yang digunakan untuk menilai kinerja portofolio umumnya adalah :
a.         Indeks Sharpe
menurut sharpe, “ the capital market-model described here deals with prediction of future of performance. Since the predictions can not obtained in any satisfactory manner, the model can not be tested directly. Instead ex post values must be used-the average of return of a portfolio must be substituted for expected rate of return, and the actual standar deviation of its rate of return for its predicted risk”.[2]
kutipan tersebut menyatakan bahwa untuk kepentingan memprediksi masa datang digunakan data masalalu. Average return masalalu dianggap sebagai return prediksi masa datang dan deviasi standar return masalalu dianggap sebagai prediksi resiko masa datang.
Dalam metode ini kinerja portofolio diukur dengan cara membandingkan antara premi risiko portofolio (yaitu selisih rata-rata tingkat pengembalian portofolio dengan rata-rata tingkat bunga bebas risiko) dengan risiko portofolio yang dinyatakan dengan standar deviasi (total risiko). Secara matematis (IS) dirumuskan sebagai berikut :
Spi = Rpi-Rf / SDpi
Keterangan symbol :
Spi  = indeks sharpe portofolio i
Rpi =rata-tara tingkat pengembalian portofolio i
Rf   = rata-rata atas bunga investasi bebas risiko
SDpi=standar deviasi dari tingkat pengembalian portofolio i
Rpm–Rf=premi risiko portofolio i
        Indeks Sharpe ini relevan digunakan untuk investor yang menanamkan dananya hanya atau sebagian besar pada portofolio tersebut, sehingga risiko portofolio dinyatakan dalam standar deviasi.
b.        Indeks Treynor
            Dalam metode ini kenerja portofolio diukur dengan cara membandingkan antara premi risiko portofolio (yaitu selisih rata-rata tingkat pengembalian portofolio dengan rata-rata bunga bebas rsisiko) dengan risiko portofolio yang dinyatakan dengan beta (risiko pasar atau risiko sistematis). Secara matematis (IT) dirumuskan sebagai berikut :
                        Tpi = Rpi – Rf/ βpi

Keterangan symbol :
Tpi =indeks Treynoir portofolio i
Rpi  =rata-rata tingkat pengembalian portofolio i
Rf   =rata-rata atas bunga investasi bebas risiko
Βpi  =beta portofolio I (risiko pasar atau risiko sistematis)
Rpi-Rf        =premi resiko portofolio i
Penggunaan beta sebagai ukuran risiko portofolio secara implicit mencerminkan bahwa portofolio yang ada merupakan portofolio yang telah didiversifikasin dengan baik.
Indeks Treynor ini relevan digunakan untuk investor yang memiliki berbagai portofolio atau menanamkan  dananya pada berbagai reksa dana (mutual fund), atau melakukan diversifikasi pada berbagai portofolio, sehingga risiko portofolio dinyatakan dalam beta (β), yaitu risiko pasar atau risiko sistematis.
c.         Indeks Jensen
Metode ini didasarkan pada konsep garis pasar sekuritas (security market line- MSL) yang merupakan garis yang menghubungkan portofolio pasar dengan kesempatan investasi yang bebas resiko, sehingga secara sistematis dirumuskan Rp= Rf+( Rm-Rf )βp. Dalam keadaan ekuilibrium semua portofolio diharapkan berada pada SML. Jika terjadi penyimpangan, artinya jika dengan resiko yang sama dengan tingkat pengembalian suatu portofolio berbeda dengan tingkat pada tingkat SML, maka perbedaan tersebut disebut dengan indeks jensen : dimana risikonya dinyatakan dalam beta (risiko pasar atau risiko sistematis). Apabila tingkat pengembalian aktual dari suatu portofolio lebih besar dari tingkat pengembalian yang sesuai dengan persamaan SML, berarti indeks jensen akan bernilai positif. Sebaliknya, apabila tingkat pengembalian aktual dari suatu portofolio lebih kecil dari tingkat pengembalian yang sesuai dengan persamaan SML, berarti indeks jensen akan bernilai negatif.
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan bahwa indeks jensen sebagai berikut:
                        Jpi =( Rpi-Rf) – (Rm-Rf)βpi

Keterangan simbol :
Jpi   =indeks jensen portofoloi i
Rp   =rata-rata tingkat pengembalian portofolio i
Rf   =rata-rata bungan investasi bebas resiko
Rm =rata-rata tingkat pengembalian pasar (diwakili IHSG)
βpi   =beta portofolio i
Rpi – Rf=premi risiko portofolio i
Rm – Rf=premi risiko pasar.[3]
d.      Treynor & black’s model
Treynor & Black (1973 : 66-86) menyeleksi saham dalam portofolio dengn memperhatiakan resiko pasar dan resiko spesifik, karena suatu saham selalu mengandung resiko pasar dan resiko spesifik. Average return setelah dikurangi dengan minimum return (CAPM) disebut alpha.
Model treynor & black disebut juga dengan istilah appraisal ratio, dengan rumus sbb :
Aprraisal ratio =
Untuk memaksimalkan active portfolio, Miller (1999) memodifikasi rumus appraisal ratio menjadi berikut :
Appraisal ratio =
Risiko spesifik adalah stock residual variance, yaitu variance saham individual,(



Aplikasi   
Tabel berikut menunjukan tingkat pengembalian portofolio A,B, dan C , tingkat pengembalian pasar (ISHG= Rm), serta tingkat bunga bebas risiko selama beberapa periode.


Data Untuk Menghitung Kinerja Portofolio
Periode
Rpᴀ
Rpᴃ
Rpᴄ
Rpm
Rf
1
-38,7
-16,0
-33,0
-26,0
7,9
2
39,6
39,4
30,8
36,9
5,8
3
11,1
34,3
18,2
23,6
50
4
12,7
-6,9
-7,3
-7,2
5,3
5
20,9
3,2
4,9
6,4
7,2
6
35,5
28,9
30,9
18,2
10,0
7
57,6
24,1
34,7
31,5
11,5
8
-7,8
0,0
6,0
-4,8
14,1
9
22,8
23,4
33,0
20,4
10,7
Rata-rata
17,1
14,5
13,0
11,0
8,6
Sdpi
28,1
19,78
22,8
20,5
-
Βpi
1,20
0,92
1,04
1,00
-

Dari data tabel tersebut dapat dihitung :

Ø  Indeks Sharpe (Spi) =(Rpi-Rf)/Sdpi
SpA=(17,1-8,6)/28,1=0,302
SpB=(14,5-8,6)/19,7=0,299
SpC=(13,0-8,6)/22,8=0,193
Spm=(11,0-8,6)/20,5=0,117

Ø  Indeks Treynor (Tpi) =(Rpi-Rf)/βpi
SpA =(17,1-8,6)/1,20=7,08
SpB =(14,0-8,6)/28,1=6,41
SpC =(13,0-8,6)/28,1=4,23
Spm =(11,0-8,6)/1,00=2,40

Ø  Indeks Jensen (Jpi) =(Rpi-Rf) – (Rm-Rf)βpi
JpA =(17,1-8,6) - (11,0-8,6)1,20 =5,62
JpB =(14,0-8,6) - (11,0-8,6)0,92 =3,69
JpC =(13,0-8,6) - (11,0-8,6)1,04 =1,90
Jpm=(11,0-8,6) - (11,0-8,6)1,00 =0

Dari hasil perhitungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa portofolio A memiliki kinerja paling tinggi bila dibandingkan denga portofolio lainnya yang dibentuk sendiri. Dengan demikian, portofolio B dan C perlu direvisi. Revisi tersebut bisa dilakukan secara total, yaitu dilakukan likuidasi atas portofolio tersebut, kemudian dibentuk portofolio baru. Atau dilakukan secara terbatas, yaitu dilakukan perubahan atas proporsi dana yang dialokasikan dalam masing-masing saham yang membentuk fortofolio tersebut. [4]


















BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dalam melakukan penilaian kinerja portofolio kita perlu menggunakan variabel-variabel yang relevan. Variabel-variabel tersebut tidak lain adalah tingkat keuntungan dan resiko. Tingkat keuntungan yang diperoleh dari pemilik suatu portofolio dipengaruhi oleh dua sumber ,yaitu:
1. Adanya perubahan harga sekuritas-sekuritas yang membentuk portofolio,
 2. Pembayaran deviden (atau juga bunga kalau dalam portofolio tersebut terdapat obligasi). Sedangkan,
Pengukur risiko yang relevan bagi pemodal mungkin dinyatakan dalam bentuk deviasi standar tingkat keuntungan portofolio (disebut sebagai risiko total), atau beta portofolio (disebut risiko sistematis).
Dalam melakukan teknik penilaian kinerja portofolio terdapat dua cara yang bisa dilakukan dalam penilaian kinerja portofolio adalah:
1.    Melakukan perbandingan langsung
Salah satu cara membandingkan kinerja suatu portofolio (biasanya diwakili oleh mutual funds) adalah dengan membandingkan dengan portofolio lain yang mempunyai risiko kurang lebih sama.
2.    Munggunakan ukuran kinerja tertentu, yaitu:
·           Metode Sharpe
·           Metode Treynor
·           Metode Jensen





Daftar Pustaka
Halim Abdul, Analisis Investasi, Salemba Empat, Jakarta, 2005,
Husnan Suad, Teori Portofolio Dan Analisis Sekuritas, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2003,


[1] Suad Husnan, Teori Portofolio Dan Analisis Sekuritas, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2003, Hlm., 444-445
[2] Mohamad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, erlangga, Jakarta, 2006, hlm; 365.
[3] Abdul Halim, Analisis Investasi, Salemba Empat, Jakarta, 2005, Hlm., 68-70
[4] Ibid, Hlm., 71

Komentar